Table of Contents

Buat Sistem Perusahaan: Hindari Salah Kaprah Fokus pada IT

Rapat dewan direksi terasa penuh optimisme. Di layar proyektor, vendor teknologi menampilkan dashboard yang modern, grafik yang menawan, dan janji-janji efisiensi yang terdengar seperti musik di telinga setiap pemimpin. Angka investasi disebutkan, ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Palu diketuk, anggaran disetujui. Proyek besar untuk buat sistem perusahaan yang baru resmi dimulai. Ada perasaan kolektif bahwa perusahaan sedang melangkah maju ke era digital.

Enam bulan kemudian, suasana di ruang rapat berbeda. Sistem baru itu sudah go-live. Secara teknis, tidak ada masalah. Namun, laporan dari manajer operasional terdengar janggal. Tim sales masih sibuk merekap data penjualan di Excel menjelang akhir bulan. Tim gudang masih mengandalkan grup WhatsApp untuk konfirmasi stok. Sistem canggih itu berdiri megah, namun sepi, seperti monumen digital yang jarang dikunjungi.

Investasi besar telah digelontorkan, namun masalah fundamental di lapangan tidak kunjung hilang. Perlahan, para direksi mulai bertanya dalam hati: "Apakah kita sedang membangun solusi untuk masalah bisnis, atau kita hanya membeli teknologi terbaru untuk menenangkan rapat dewan?"

Frustrasi Ketika Salah Langkah Buat Sistem

Masalah Utama Saat Buat Sistem Perusahaan: Terjebak 'Sihir Teknologi'

Inilah salah kaprah paling umum dan paling mahal yang sering terjadi di level strategis. Para pemimpin, dengan niat baik untuk melakukan modernisasi, seringkali terjebak pada 'sihir teknologi'. Mereka memandang software, aplikasi, atau platform sebagai solusi akhir dari semua masalah. Fokusnya tertuju pada kecanggihan fitur, kecepatan server, dan keindahan antarmuka, dengan asumsi bahwa teknologi canggih akan secara otomatis memperbaiki cara kerja perusahaan.

Kenyataannya, asumsi ini sangat berbahaya. Mengapa? Karena teknologi pada dasarnya hanyalah sebuah akselerator. Ia tidak memiliki moral atau kebijaksanaan. Ia hanya menjalankan perintah yang kita berikan. Di sinilah letak wisdom yang sering terlupakan:

"Sistem yang hebat tidak akan memperbaiki proses bisnis yang buruk. Ia hanya akan membuat proses buruk itu berjalan lebih cepat."

Bayangkan sebuah proses klaim reimbursement karyawan yang berbelit-belit dan penuh birokrasi manual. Jika Anda langsung membungkus proses yang buruk ini dengan sebuah aplikasi digital tanpa memperbaikinya terlebih dahulu, apa yang terjadi? Anda hanya akan mendapatkan proses penolakan klaim yang lebih cepat, tumpukan komplain digital yang lebih banyak, dan karyawan yang frustrasi dengan kecepatan kilat. Masalah intinya, proses yang tidak efisien, tidak pernah tersentuh. Anda hanya mendigitalisasi kekacauan.

Inilah dampak nyata dari jebakan sihir teknologi: investasi yang seharusnya menjadi aset justru berubah menjadi beban. Tim operasional menjadi frustrasi karena alat baru yang dijanjikan akan mempermudah hidup mereka malah menambah lapisan kompleksitas. Pada akhirnya, perusahaan tidak hanya kehilangan uang, tetapi juga kehilangan momentum dan kepercayaan tim dalam inisiatif transformasi digital di masa depan.

Buat Sistem Seolah Seperti Berjalan Ditengah Jebakan

Tiga Kesalahan Mindset yang Membuat Direksi 'Salah Beli'

Untuk menghindari jebakan ini, kita perlu membedah akar masalahnya, yang seringkali bukan bersifat teknis, melainkan strategis dan psikologis. Ada tiga kesalahan mindset fundamental yang seringkali menjadi biang keladi dari keputusan yang keliru.

1. FOMO (Fear of Missing Out) pada Tren Digital

Di era informasi yang serba cepat, sangat mudah bagi para pemimpin untuk merasa cemas ketinggalan kereta. Tekanan ini menciptakan Fear of Missing Out (FOMO), di mana keputusan investasi didasari oleh ketakutan, bukan kebutuhan internal yang mendesak.

  • Di industri retail, ini terlihat seperti terburu-buru mengadopsi sistem live shopping dan social commerce yang sedang tren, padahal basis pelanggan utama mereka adalah generasi yang lebih tua dan tidak aktif di platform tersebut.

  • Di dunia manufaktur, ini bisa berupa investasi pada robotik mahal untuk satu lini produksi demi label "Industri 4.0", padahal bottleneck terbesar sebenarnya ada pada manajemen inventaris yang masih manual dan tidak akurat.

Analogi yang paling pas adalah seperti membeli mobil Formula 1 untuk mengantar barang di jalanan macet, canggih, tapi tidak relevan. Inilah yang terjadi ketika kesalahan direksi dalam memprioritaskan didorong oleh tren eksternal, bukan diagnosis internal.

2. Mendiagnosis Masalah dari 'Menara Gading'

Kesalahan fatal kedua adalah ketika keputusan strategis dibuat murni secara top-down. Para direksi melihat laporan agregat dan membuat kesimpulan dari ruang rapat yang nyaman. Namun, mereka seringkali lupa bahwa masalah operasional yang sesungguhnya terjadi di "parit", di level transaksi harian.

Ada sebuah wisdom yang relevan di sini:

"Direksi melihat puncak gunung es, tapi tim di lapangan yang tahu di mana retakan bahaya di bawah permukaan air."

- DenganLoren

Tanpa turun langsung atau setidaknya mendengarkan secara mendalam suara dari lapangan, keputusan untuk buat sistem perusahaan akan selalu berisiko menjadi solusi yang tidak menyentuh akar masalah. Hasilnya adalah salah pilih software yang canggih secara teori namun menyulitkan dalam praktik.

3. Metrik Sukses yang Keliru

Bagaimana Anda mendefinisikan "kesuksesan" sebuah proyek IT? Jika jawabannya adalah "sistemnya go-live tepat waktu", maka Anda sedang menggunakan metrik yang keliru.

Sebuah perusahaan logistik, misalnya, menganggap sistem pelacakan baru mereka "sukses" karena memiliki uptime 99,9%. Namun bagi bisnis, sistem ini "gagal" karena interface-nya yang rumit justru memperlambat waktu input data oleh para supir, menyebabkan keterlambatan informasi status pengiriman ke pelanggan.

Studi Kasus

Keberhasilan sejati seharusnya diukur dari dampaknya pada bisnis: "Berapa jam kerja manual yang berhasil dihemat?", "Berapa persen penurunan tingkat kesalahan input data?", "Berapa cepat waktu yang dibutuhkan dari pesanan masuk hingga barang dikirim?". Ketika metriknya salah, seluruh fokus proyek akan salah arah.

4P Ketika Buat Sistem

Solusi Praktis – Kerangka 4P Sebelum Anda Buat Sistem Perusahaan

Saya paham, di dunia bisnis, tuntutan untuk bergerak cepat sangatlah nyata. Ungkapan "butuh kemarin" seringkali menjadi pendorong utama keputusan. Namun, dalam proyek teknologi, terburu-buru di fase perencanaan adalah resep tercepat untuk penyesalan yang panjang dan mahal. Kerangka 4P ini bukanlah cara untuk memperlambat, tapi untuk memastikan kita "mengukur dua kali dan memotong sekali".

1. Problem (Masalah)
Sebelum menyebut kata "software", definisikan masalah bisnis yang ingin Anda selesaikan dalam satu kalimat tajam dan terukur. Contoh: "Tim sales kami menghabiskan rata-rata 10 jam per orang per minggu hanya untuk rekap data penjualan dari berbagai file Excel, karena tidak ada sumber data terpusat."

2. Process (Proses)
Setelah masalahnya jelas, petakan alur kerja yang ada saat ini bersama tim. Seringkali, Anda akan menemukan bahwa banyak masalah bisa diselesaikan hanya dengan menyederhanakan proses, tanpa perlu membeli software mahal. Perbaiki prosesnya dulu, baru pikirkan otomatisasinya.

3. People (Orang)
Digitalisasi bisnis adalah tentang memberdayakan manusia dengan alat yang lebih baik. Libatkan calon pengguna sejak hari pertama. Dengarkan keluhan mereka, pahami cara kerja mereka, dan jadikan mereka bagian dari tim desain solusi. Identifikasi satu atau dua orang yang antusias dan jadikan mereka champion perubahan.

4. Platform (Platform)
Baru di tahap terakhir inilah kita berbicara tentang teknologi. Dengan pemahaman yang mendalam tentang Problem, Process, dan People, Anda kini memiliki kriteria yang sangat jelas untuk mencari platform yang tepat, meminimalkan risiko untuk salah pilih software.

Sistem Perusahaan Butuh Promotor Untuk Kesuksesannya

Taktik Mendapatkan Dukungan Manajer Lini Tengah

Direksi bisa memiliki visi terbaik, tapi manajer lini tengahlah yang akan menentukan sukses atau gagalnya implementasi di lapangan. Untuk mendapatkan dukungan mereka:

  • Ubah Narasi dari "Perintah" menjadi "Misi": Jangan berkata, "Anda harus pakai sistem ini." Sebaliknya, katakan, "Misi kita adalah mengurangi komplain pelanggan sebesar 50%, dan ini adalah salah satu senjata kita. Bagaimana menurut Anda cara terbaik kita menggunakannya di tim Anda?"

  • Jadikan Mereka Pahlawan: Beri mereka ownership atas implementasi di departemen mereka. Biarkan mereka yang melaporkan keberhasilan dan menjadi sorotan. Kesuksesan sistem adalah kesuksesan mereka.

  • Dengarkan Perlawanan Mereka: Resistensi seringkali bukan karena malas, tapi karena mereka melihat masalah praktis yang tidak terlihat dari atas. Gunakan feedback mereka untuk menyempurnakan rencana, bukan untuk diabaikan.

Buat Sistem Perusahaan Butuh Proses

Waspada: 4 Tanda Bahaya Saat Berbicara dengan Vendor Teknologi

Setelah internal Anda solid, tantangan berikutnya adalah dunia eksternal. Berikut adalah tanda bahaya yang perlu Anda waspadai:

  1. Fokus pada Fitur, Bukan Masalah Bisnis Anda: Jika vendor terus-menerus memamerkan puluhan fitur canggih tanpa pernah bertanya secara mendalam tentang masalah spesifik yang Anda definisikan di Kerangka 4P, ini lampu merah.

  2. Menjanjikan "Solusi Ajaib untuk Semua Masalah": Tidak ada satu sistem pun yang bisa menyelesaikan semua masalah. Vendor yang baik akan jujur tentang keterbatasan produk mereka dan bahkan mungkin merekomendasikan solusi lain jika produk mereka tidak cocok.

  3. Menghindari Diskusi Detail Implementasi & Adaptasi Tim: Vendor yang hebat tidak hanya menjual software, mereka menjual keberhasilan. Mereka akan proaktif membahas rencana pelatihan, proses migrasi data, dan bagaimana mengatasi potensi resistensi dari tim Anda.

  4. Model Harga yang Tidak Transparan: Waspadai biaya tersembunyi seperti biaya kustomisasi, biaya integrasi, atau kenaikan harga yang signifikan setelah tahun pertama. Minta semua potensi biaya dijabarkan di muka.

Gejala Awal Perusahaan Butuh Sistem Ketika Banyak Masalah Bermunculan

Audit Singkat: Cek Arah Investasi Digital Anda

Untuk refleksi cepat, coba jawab tiga pertanyaan ini dengan jujur:

  1. Bisakah Anda menjelaskan masalah yang ingin diselesaikan sistem ini dalam 30 detik kepada seorang office boy?

    • Mengapa ini penting: Jika Anda tidak bisa menyederhanakannya, kemungkinan besar definisi masalah Anda masih terlalu abstrak.

  2. Apakah metrik sukses utama proyek ini terkait angka bisnis (efisiensi, omzet, profit) atau metrik teknis (fitur, uptime)?

    • Mengapa ini penting: Ini akan menentukan ke mana seluruh energi, waktu, dan sumber daya tim proyek akan diarahkan.

  3. Siapa di tim operasional yang paling vokal mendukung proyek ini karena hidupnya akan lebih mudah?

    • Mengapa ini penting: Jika tidak ada satu pun calon pengguna yang antusias, ini adalah lampu merah terbesar.

Buat Sistem Perusahaan Butuh Keterlibatan Banyak Pihak, Bukan Atasan Saja

Penutup

Memutuskan untuk buat sistem perusahaan adalah langkah besar. Kesalahan paling fatal adalah memulai perjalanan ini dengan pertanyaan, "Teknologi apa yang harus kita beli?". Pertanyaan yang benar seharusnya adalah, "Masalah bisnis paling mendesak apa yang harus kita selesaikan?".

Pergeseran dari pola pikir yang berpusat pada alat (IT-centric) ke pola pikir yang berpusat pada tujuan (business-centric) adalah kunci keberhasilan setiap inisiatif transformasi digital.

Pada akhirnya, sistem secanggih apa pun hanyalah sebuah palu. Anda bisa menggunakannya untuk membangun istana atau sekadar menghancurkan meja. Arah, proses, dan kebijaksanaan Andalah yang menentukan hasilnya, bukan palunya.

Work with Loren

1:1 Ngobrol Sistem Tanpa Perlu Paham Teknis

  • Slot Sesi Privat Terbatas

  • 60 Menit

  • Bergaransi

Khusus Direksi, Manajer, dan Pebisnis yang ingin ambil keputusan terkait sistem dengan lebih bijak.

Recommendations

Amplify with Dr. Ayesha Khanna

Amplify with Dr. Ayesha Khanna

Bite-sized AI and tech updates: Your go-to source for what matters

Bay Area Times

Bay Area Times

🗞️ The visual daily newsletter on business and tech. 📈 Analyzing the news with 1 visual per story. 👇 Join our 250,000+ subscribers here.

Keep Reading

No posts found